Sunday, August 5, 2007

Orang-orang terdekat

Selain mama dan bapak, saya juga ditemani oleh seorang nenek (dari bapak). Saya akrab memanggilnya Indo, meski nama sebenarnya Imenre. Ia tidak mau dipanggil nene'. Dia lebih senang dipanggil Indo (=meskipun Indo, sebenarnya bermakna mama). Indo ini sangat akrab dengan saya. diantara semua cucu-cucunya, sayalah yang cucu yang paling dia sayang. terkadang bila mama atau bapak menghukum saya, karena satu kesalahan, indo memanggil dan membujuk saya supaya diam, lalu Indo menasihati saya serta memberitahukan kesalahan saya, dan sekaligus menasehati agar tidak mengulangi kesalahan itu. Indo juga senang membuat bakul nasi, menganyam tikar dan beraneka ragam barang anyaman dari daun lontar. Saya sering merengek minta dibuatkan aneka macam mainan, seperti baling-baling dan boneka.Saya paling sering tidur bersama dengan Indo. Sebenarnya saya juga punya kakek namanya LaBise (kakek dari bapak), namun karena kakek itu seudah meninggal sejak bapak masih kecil, sehingga saya tidak sempat bertemu dengan kakek saya itu.
Di samping rumah kami di soppeng, ada juga sebuah rumah yang ditempati oleh "Wa'Mariona". Wa'mariona adalah tante (kakak sulungnya Bapak). tapi saya lebih akrab memanggilnya dengan Ma'Ace'. Ace ini diambil dari kata Yase' yang artinya atas, berhubung letak rumahnya berada di atas bukit kecil disamping rumah kami, sehingga saya memanggilnya Ma'ace yang artinya tante yang rumahnya berada di atas rumah kami...he he he ....unik yah...?!.

Ma'Ace juga amat dekat dengan saya.Saking dekatnya, terkadang saya tidak mau makan kalau tidak disuapi sama Ma'Ace. Atau kalau saya menyadari telah membuat kesalahan,saya lari ke rumah Ma'ace untuk sembunyi dari cubitannya mama atau pukulan rotannya bapak. Biasanya Ma'Ace menyuruh saya pura-pura tidur, kalau bapak datang mencari saya.

Ma'Ace juga adalah guru ngaji, dia memiliki banyak murid ngaji, dari anak-anak tetangga. Pada murid-muridnya, Ma'Ace terlihat keras, suka membentak bila mereka salah membaca alQur'an atau kalau mereka santai dalam belajar. Terkadang saya ngeri naik ke rumahnya, bila dia sedang menghadapi murid-muridnya. Saya biasa berada di rumah Ma'Ace seharian, tidak pulang-pulang ke rumah. Biasanya mama datang menjemput saya bila sudah waktunya mandi sore.
Ma'Ace juga pandai menina bobokan saya. Ada lagu nina bobo yang masih sangat saya ingat samar-samar. lagu yang mengandung doa. yang syairnya antara lain :
"Iyabe Laleeee..Aloppoko masitta..Muluttu mallongi-longi."
yang artinya:"Iyabee lalee..cepatlah besar, lalu terbanglah melayang-layang."

Seingat saya, Ma'Ace memiliki anak gadis namanya Nure'. Dia adalah saudara sepupu saya. Saat itu Kak Nur sudah beranjak dewasa, saya tidak dapat lagi mengingat dengan jelas wajah-wajah mereka, karena kebersamaan saya dengan mereka berlangsung sangat singkat sekali. Entah kenapa,saya tidak faham alasan apa yang menyebabkan mereka dengan tiba-tiba pada suatu hari mereka pergi meninggalkan tempat itu. Kepergian Ma'Ace dengan kak Nur terjadi beberapa hari setelah Kak Nure dilamar oleh seorang lelaki yang bernama La Bakeri, dia juga masih kerabat kami ( keponakannya Bapak). Mereka pergi karena sesuatu masalah besar yang sampai kini, saya tidak mengerti. Aapalagi pada saat itu saya masih sangat kecil untuk mengerti persoalan orang dewasa ( umur saya pada saat itu, baru tiga tahun).

Meskipun saya sering juga bertanya ke Bapak atau ke mama, disaat rindu kepada tante dan kak Nure.
"Pak..Kemana Ma'Ace dan kak Nure pergi..? kenapa sampai lama mereka tidak kembali..?

Menurut Bapak, Ma'Ace dan Kak Nure pindah rumah ke Lapajung, ke rumah tempat LaBakeri tinggal. Namun tatkala suatu ketika kami berkunjung ke Lapajung, saya kembali bertanya lagi.
"Kemana Kak Nure dan Ma'ace..?
"mereka ke sungai, mencuci pakaian." Jawab Bapak saat itu.
Tapi lama-kelamaan, saya mulai curiga kok setiap ke Lapajung, Ma'Ace dan kak Nure selalu ke sungai. Saya mulai berfikir, pasti ada sesuatu yang telah terjadi. Dan sampai akhirnya saya mengetahui bahwa ternyata Ma'Ace bersama keluarganya telah pergi jauh, yakni ke suatu daerah di Soni, Sulawesi-utara. Sebegitu parah kah masalah keluarga yang telah terjadi sehingga harus di bawa pergi sejauh itu? Suatu tanda tanya besar yang sampai saat ini belum terjawab.

No comments: