Sunday, August 5, 2007

Bersama teman-teman


Berkat bimbingan dan didikan dari kedua orang tua, membuat saya selalu mendapatkan berbagai prestasi di sekolah. Bahkan dianobatkan sebagai murid teladan di SD negeri nomor 5 Mattiropole. Aku juga aktif mengikuti berbagai kegiatan dan kejuaraan sekolah. Tapi jangan tanya aku dengan bidang olah raga, aku tidak memiliki prestasi dalam bidang yang satu ini. Satu-satunya olah raga yang saya bisa hanyalah Bului tangkis, itu pun sekedar bisa. he he he.

Aku pernah juara karnaval untuk pakaian adat. Di Soppeng, setiap perayaan Kemerdekaan, selalu diadakan lomba karnaval yang diikuti oleh murid-murid Sekolah Dasar di kabupaten Soppeng.

Sekolah

Tahun 1983, saya masuk SD,Pada usia 7 tahun.Di sekolah itu saya melihat banyak teman-teman yang terlebih dahulu sekolah di Taman kanak-kanak, sebelum mereka masuk SD. Saya sempat merasa minder,dan berfikir mungkin sayalah yang paling bodoh diantara mereka.Apalagi saya tidak pernah masuk TK sebelum masuk SD.

Namun meskipun mereka pernah masuk TK, ternyata kebanyakan dari mereka belum bisa membaca dan menulis. Sementara saya sendiri sebelum masuk SD, sudah diajari membaca dan menulis. Bapak sering mengajari membaca dan mengenal istilah-istilah dalam bahasa Indonesia. Oh iya, pengetahuan saya mengenai istilah bahasa Indonesia pada saat itu terbilang sangat minim, apalagi bahasa yang kami gunakan sehari-hari adalah bahasa bugis.

Disamping mengajari mengenai pelajaran sekolah, serta pengetahuan umum, Bapak juga banyak memberikan nasehat-nasehat tentang banyak hal, seperti tata krama, sopan santun dalam bergaul, bagaimana menghadapi teman sebaya, bagaimana hormat kepada orang tua, tidak ketinggalan pula pelajaran mengenai mengaji dan tata cara sholat yang benar.
Khusus mengenai yang terakhir ini, Bapak terbilang sangat serius dan tegas.Bapak menekankan bahwa setiap anak-anaknya harus bisa membaca AlQur'an. Sehingga di setiap kesempatan saya diharuskan membawa dan membaca AlQur'an, baik dalam pengawasan mama-bapak maupun tanpa pengawasan keduanya.
Pernah suatu ketika Bapak pulang dari bepergian, langsung menunaikan sholat ashar, selesai membaca doa, bapak langsung memanggil saya dan meminta membuka AlQur'an,juz I surat Al Baqoroh. Bapak langsung menyuruh saya membacanya, namun saya hanya diam karena belum bisa membacanya.
Setelah berkali-kali Bapak menyuruh saya membaca, namun tetap diam. bapak mulai terlihat sedikit emosi. Meskipun sudah memberi contoh, namun saya masih kesulitan mengikuti bacaan yang bapak contohkan itu.
Akhirnya bapak benar-benar emosi, dia lalu menarik bibir atas saya, mencubit selaput yang terdapat di gigi atas saya hingga putus dan mengeluarkan darah yang cukup banyak.
Saya menangis, ada perasaan sakit bercampur sedih, heran mengapa bapak sampai begitu marah ke saya.Mama langsung memanggil saya membujuk agar segera diam, seraya membalur luka saya dengan obat "tetera".

Sementara saya melihat, bapak terlihat menyesal dengan kejadian itu. Mungkin saja waktu itu bapak sedang ada masalah di luar rumah. dari kejadian itu,saya bertekat bahwa saya mesti bisa membaca AlQur'an, mesti bisa tidak boleh tidak.

Sejak saat itu, mama mengambil alih secara penuh pembinaan untuk saya. Mungkin Bapak menyesal dengan kejadian itu. Bapak kemudian membelikan sebuah AlQur'an kecil (Juz Amma) dan sebuah papan tulis,untuk mendukung pembelajaran di rumah.

Lama kelamaan, sayapun akhirnya bisa membaca AlQur'an, bahkan sebelum mengkhatamkan Juz Amma, mama sudah memindahkan saya ke AlQur'an besar.

Tahun 1981


Tidak begitu banyak kejadian yang dapat saya ingat di tahun ini.Yang jelas, tidak lama setelah kepergian Ma'Ace, Rumah yang ditempati Ma'Ace pun dibongkar. Lambat laun keberadaan Ma'Ace pun mulai terlupakan sedikit demi sedikit. selanjutnya lokasi bekas rumah Ma'Ace di buat kebun oleh Bapak. Bapak menanam beberapa jenis tanaman, ketela, ubi rambat, labu pepaya dan pisang. Boleh dikatakan, saya sangat menikmati masa kecil saya. Meskipun saat itu saya masih sendiri, belum punya adik. setelah berumur 5 tahun,barulah punya adik laki-laki,Nashruddin namanya.

Seorang kakek yang tinggal bertetangga dengan saya( di belakang rumah), biasa di panggil Ambo Galung. Sering menyapa saya ketika sedang bermain sendirian.
Ambo Galung ini sebenarnya masih ada hubungan kekerabatan dengan kami, namun sudah sangat jauh. Meskipun demikian dia sangat akrab dan sering datang berkunjung ke rumah, terutama bila bapak sedang berada di rumah.Saya masih dapat mengingat ciri khas dari Ambo Galung, jika dia sedang berbincang-bincang dengan orang, selalu diselingi dengan suara mendehem , seakan-akan suaranya menyetujui perkataan lawan bicaranya. Dia memanggil Bapak dengan "Pak Guru". Setiap sore dia selalu ke sawah mencari rumput untuk makanan kuda. Kadang-kadang pula kami bertemu di jalan, saat sore hari mama mengajak saya ke sungai untuk mencuci dan mengambil air, Ambo Galung juga pulang dari sawah sambil menjunjung karung berisi rumput basah di kepalanya sambil tangan kanannya memegang sabit.

Saat itu saya telah berumur lima tahun, dan saya juga sudah memiliki adik laki-laki Nashruddin. Kelahiran adik laki-laki saya ini, sekitar dua bulan sebelum bapak membangun rumah. rumah yang bapak bangun itu adalah hasil pengumpulan bahan bangunan yang dilakukan secara bertahap dan dalam waktu yang cukup lama. Saya sering melihat Bapak menyewa orang-orang untuk mengangkut Balok kayu dan papan dari gunung ke rumah dengan menggunakan kuda. setelah bahan rumah itu terkumpul, barulah pembangunan rumah di Soppeng itu mulai dilakukan.

Rumah yang dibangun Bapak itu,adalah sebuah rumah bugis dari kayu. Bapak membangun rumah itu dibantu oleh LaSila(menantu nya IndoDua). LaSila sekaligus sebagai tukang kayu yang menukangi pembangunan rumah kami di Soppeng itu.Saya melihat semangat gotong royong warga saat itu amat besar, terlihat ketika rumah kami akan didirikan, segenap tetangga berdatangan untuk membantu. Pada saat itu, saya melihat orang beramai-ramai mengangkat rumah kami yang pertama, untuk dipindahkan ke atas bukit, tempat dimana rumah Ma'Ace dulu berada.

Orang-orang terdekat

Selain mama dan bapak, saya juga ditemani oleh seorang nenek (dari bapak). Saya akrab memanggilnya Indo, meski nama sebenarnya Imenre. Ia tidak mau dipanggil nene'. Dia lebih senang dipanggil Indo (=meskipun Indo, sebenarnya bermakna mama). Indo ini sangat akrab dengan saya. diantara semua cucu-cucunya, sayalah yang cucu yang paling dia sayang. terkadang bila mama atau bapak menghukum saya, karena satu kesalahan, indo memanggil dan membujuk saya supaya diam, lalu Indo menasihati saya serta memberitahukan kesalahan saya, dan sekaligus menasehati agar tidak mengulangi kesalahan itu. Indo juga senang membuat bakul nasi, menganyam tikar dan beraneka ragam barang anyaman dari daun lontar. Saya sering merengek minta dibuatkan aneka macam mainan, seperti baling-baling dan boneka.Saya paling sering tidur bersama dengan Indo. Sebenarnya saya juga punya kakek namanya LaBise (kakek dari bapak), namun karena kakek itu seudah meninggal sejak bapak masih kecil, sehingga saya tidak sempat bertemu dengan kakek saya itu.
Di samping rumah kami di soppeng, ada juga sebuah rumah yang ditempati oleh "Wa'Mariona". Wa'mariona adalah tante (kakak sulungnya Bapak). tapi saya lebih akrab memanggilnya dengan Ma'Ace'. Ace ini diambil dari kata Yase' yang artinya atas, berhubung letak rumahnya berada di atas bukit kecil disamping rumah kami, sehingga saya memanggilnya Ma'ace yang artinya tante yang rumahnya berada di atas rumah kami...he he he ....unik yah...?!.

Ma'Ace juga amat dekat dengan saya.Saking dekatnya, terkadang saya tidak mau makan kalau tidak disuapi sama Ma'Ace. Atau kalau saya menyadari telah membuat kesalahan,saya lari ke rumah Ma'ace untuk sembunyi dari cubitannya mama atau pukulan rotannya bapak. Biasanya Ma'Ace menyuruh saya pura-pura tidur, kalau bapak datang mencari saya.

Ma'Ace juga adalah guru ngaji, dia memiliki banyak murid ngaji, dari anak-anak tetangga. Pada murid-muridnya, Ma'Ace terlihat keras, suka membentak bila mereka salah membaca alQur'an atau kalau mereka santai dalam belajar. Terkadang saya ngeri naik ke rumahnya, bila dia sedang menghadapi murid-muridnya. Saya biasa berada di rumah Ma'Ace seharian, tidak pulang-pulang ke rumah. Biasanya mama datang menjemput saya bila sudah waktunya mandi sore.
Ma'Ace juga pandai menina bobokan saya. Ada lagu nina bobo yang masih sangat saya ingat samar-samar. lagu yang mengandung doa. yang syairnya antara lain :
"Iyabe Laleeee..Aloppoko masitta..Muluttu mallongi-longi."
yang artinya:"Iyabee lalee..cepatlah besar, lalu terbanglah melayang-layang."

Seingat saya, Ma'Ace memiliki anak gadis namanya Nure'. Dia adalah saudara sepupu saya. Saat itu Kak Nur sudah beranjak dewasa, saya tidak dapat lagi mengingat dengan jelas wajah-wajah mereka, karena kebersamaan saya dengan mereka berlangsung sangat singkat sekali. Entah kenapa,saya tidak faham alasan apa yang menyebabkan mereka dengan tiba-tiba pada suatu hari mereka pergi meninggalkan tempat itu. Kepergian Ma'Ace dengan kak Nur terjadi beberapa hari setelah Kak Nure dilamar oleh seorang lelaki yang bernama La Bakeri, dia juga masih kerabat kami ( keponakannya Bapak). Mereka pergi karena sesuatu masalah besar yang sampai kini, saya tidak mengerti. Aapalagi pada saat itu saya masih sangat kecil untuk mengerti persoalan orang dewasa ( umur saya pada saat itu, baru tiga tahun).

Meskipun saya sering juga bertanya ke Bapak atau ke mama, disaat rindu kepada tante dan kak Nure.
"Pak..Kemana Ma'Ace dan kak Nure pergi..? kenapa sampai lama mereka tidak kembali..?

Menurut Bapak, Ma'Ace dan Kak Nure pindah rumah ke Lapajung, ke rumah tempat LaBakeri tinggal. Namun tatkala suatu ketika kami berkunjung ke Lapajung, saya kembali bertanya lagi.
"Kemana Kak Nure dan Ma'ace..?
"mereka ke sungai, mencuci pakaian." Jawab Bapak saat itu.
Tapi lama-kelamaan, saya mulai curiga kok setiap ke Lapajung, Ma'Ace dan kak Nure selalu ke sungai. Saya mulai berfikir, pasti ada sesuatu yang telah terjadi. Dan sampai akhirnya saya mengetahui bahwa ternyata Ma'Ace bersama keluarganya telah pergi jauh, yakni ke suatu daerah di Soni, Sulawesi-utara. Sebegitu parah kah masalah keluarga yang telah terjadi sehingga harus di bawa pergi sejauh itu? Suatu tanda tanya besar yang sampai saat ini belum terjawab.