Friday, March 14, 2008

Dari Soppeng ke Makassar

Pertengahan Tahun 1988, atau tepatnya ketika saya naik kelas VI SD. Saya pindah sekolah dari SD Negeri 5 Mattiropole,kabupaten Soppeng ke SD.Negeri Inp.Sudiang, Makassar.

Jadilah saya melanjutkan sekolah di ibu kota Provinsi Sulawesi-selatan itu. Masih teringat ketika sore itu teman-teman sekelas datang ke rumah mengucapkan selamat berpisah, sambil tangis-tangisan. Seorang teman cewek ,Namanya Enny Asriani memberi kenang-kenangan satu paket buku pelajaran Bahasa Indonesia, satu buku paket pelajaran Mate-matika, untuk kelas VI, pensil dan penghapus.

Besok paginya, sayapun meninggalkan kota Soppeng menuju Makassar. Meninggalkan teman-teman kecil, kenangan masa kecil, bahkan meninggalkan sebagian besar sanak family. Bapak yang waktu itu mendapat tugas mengajar di salah satu sekolah di ibu kota provinsi membuat kami juga terpaksa harus ikut pindah ke ibu kota provinsi.

Suasana yang serba baru, memaksa saya untuk secepatnya beradaptasi. Teman baru, sekolah baru, tetangga baru, bahkan kebiasaan dan bahasa yang serba baru, terpaksa harus dihadapi semua . Bila di Soppeng dulu tetangga adalah kerabat, maka di ibukota yang menjadi tetangga adalah rata-rata pendatang, sementara penduduk asli menggunakan bahasa Makassar, yang tentu berbeda dengan yang biasa saya sering pakai dalam keluarga, yakni bahasa bugis.

Namun hanya dalam jangka waktu tiga bulan di Makassar, saya pun akhirnya bisa memahami bahasa Makassar.